Memiliki kaki lebar itu cukup buat ribet saat cari sepatu lari. Oke, kaki saya tidak lebar-lebar sangat, tetapi lebarnya tidak biasa. Waktu kaki saya diukur gunakan alat di toko sepatu, panjangnya masuk di antara nomor 9 – 10. Alat ini ada pengukur lebar kakinya , serta kaki normal itu lebarnya di ukuran D. Kaki saya? Di antara E sampai 2E. Hiks.. sepatu safety bisa menjadi solusi untuk kamu. The event of truth. *drum roll* “Kaki Kamu kelebaran, mas” Umumnya saya jika beli sepatu hanya katakan meminta ukurannya saja, 42 atau 43. Dari kecil taunya demikian doang. Tetapi nyatanya beberapa produsen sepatu memberi pilihan ukuran lebar, misalnya New Balance. Ukuran lebar ini tercantum di cap dalam sepatu tempat umumnya kita lihat nomor ukuran sepatu, negara pembuat sepatu, dan lain-lain. Ukuran lebar sepatu diwakilkan oleh code huruf. Untuk lebar normal atau biasa, kodenya D. Makin lebar, posisi kodenya E, 2E, 4E. Jika di cap tidak ada kodenya, kemungkinan produsen sepatu hanya buat ukuran D. Untuk lebih detilnya, Kamu dapat lihat semua code ukuran dari alat pengukur panjang kaki seperti gambar di atas. Kaki saya itu lebarnya di E lebih sedikit. Tetapi sebab di Indonesia saya tidak pernah nemu lebar E, jadi saya hanya memiliki 2 pilihan: (1) pilih satu nomor semakin besar; atau (2) pilih ukuran lebar 2E jika ada. Biasanya saya gunakan pilihan pertama. Anehnya jika untuk sepatu casual, saya tidak permasalahan gunakan lebar D. Code 4E bikin kaki lebih lebar dari kaki saya. Ceritanya artikel ini bikin nyambungin balada sepatu Volans saya yang sangat terpaksa dipensiunin, lepas dari usia pakainya yang benar-benar singkat. God, I love those shoes. Susah rasa-rasanya tetapi ya ingin bagaimana , dibanding cidera serius tulang jempol terkena stress fracture. Dengan berat hati, saya kembali mencari sepatu lari . “Oh dompetku…” Kesempatan ini saya set anggaran tambah tinggi dari umumnya. Jatuhnya memang maksain diri di atas toleransi kesanggupan. Karena itu kesempatan ini saya milihnya lebih berhati-hati serta makin banyak berkunjung ke toko untuk coba langsung. Serta saya benar-benar coba sampai merasakan percaya, walau banyak sales di beberapa toko itu yang manyun sebab menganggap di PHP-in. Dari banyaknya sepatu yang saya coba, saya baru sadar nyatanya banyak sepatu lari yang designnya buat jempol kaki saya berasa kurang percaya diri waktu berjalan, ditambah lagi waktu lari. Saya baru ngeh saat coba mensimulasikan pergerakan lari. Sol sisi depan sepatu-sepatu ini berasa tipis waktu pergerakan kaki rolling ke jempol (toe off). Kemungkinan dengan desain memang demikian dari sananya, tetapi saya jadi tidak percaya ditambah dengan keluhan saya di sepatu awalnya. Singkat kata, berikut daftar beberapa sepatu lari yang cukup buat percaya diri sesudah saya coba, digunakan jalan, sampai simulasi pergerakan rolling kaki waktu lari. Diantaranya: Nike Free 4.0: toe box lega, upper stretch, drop nyaman. Nike Pegasus 31: terasa paling aman dari bagian lebar serta sol. Adidas Adios Boost 2: entahlah mengapa, sepatu ini ngeklik sekali sama saya. Adidas Energy Boost 2: bahan upper stretch, fitnya ngepas, cushioning di heelnya uenak benerrr… New Balance Fresh Foam 980: rasa-rasanya cukup seperti Pegasus 31, tetapi saya ingin tunggu seri FF Zante saja yang tuturnya memiliki sol lebih empuk. New Balance Minimus Road V2: ini jelas minimalis, tetapi rasa-rasanya di kaki cocok sekali. Mizuno Wave Nexus: sepatu trainer bergaya tradisionil, aman, sayang tidak ada nomernya. Asics Cumulus 16: cukup seperti sama Mizuno di atas, terasa empuk dari gel, tetapi mahal gak kurang lebih. Jika sudah ini, urusannya kembali lagi ke dompet. Anggaran masuk yang mana ya? Waktu nentuin anggaran, yang berada di pemikiran saya ialah sepatu Adidas Response Boost yang pernah saya coba waktu main ke Bogor. Faktanya bukan lantaran Boost foamnya, tetapi sebab bahan upper Techfit yang stretch dapat menampung masalah jempol kaki saya. Harga umumnya masih logis, walau masih saja mahal. Sayangnya waktu saya mencari di Jakarta, terdapatnya yang versus non-Techfit. Asli dipakenya tidak enak. Baru kesempatan ini saya rasakan ‘sakau’ sebab ingin lari tetapi tidak memiliki sepatunya. Bimbang setelah deh. Saat itu saya putuskan untuk coba singgah ke Nike untuk nyoba si Free 4.0 serta Pegasus 31 untuk betul-betul ngeyakinin hati. Tetapi jika masih bimbang , saya ingin tutup mata saja, jalan balik ke New Balance serta ngambil si Minimus Road V2. Seperti yang saya katakan, urusannya sudah dompet nih.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorHello, my name is Kartika Sari. welcome to my blog, enjoy it. Archives
November 2019
Categories |